Jumat, 15 Mei 2009

Artikel Suara Merdeka : KIDUNG DAMAI Dari SEMARANG

Kidung Damai dalam Kolaborasi Kiai Kanjeng dengan Romo Aloysius

SUASANA sejuk dan damai terasa sekali di halaman parkir Gereja Isa Almasih (GIA) Pringgading Semarang, Selasa (12/5) malam. Saat itu beberapa tokoh agama dan warga berjumpa dalam acara ’’Kidung Damai dari Semarang’’ bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng Gamelan Orchestra.

Terlebih dalam kegiatan yang diprakarsai oleh GIA tersebut terjadi sebuah kolaborasi yang cukup harmonis dan indah antara permainan musik dari Kiai Kanjeng dan permainan saxophone Romo Aloysius Budi. Suasana semalam begitu gayeng dan cair.

Dalam sebuah kehidupan, baik bertetangga, berteman, maupun dalam dunia kerja, perjumpaan Islam dan Kristen merupakan realitas yang tak terelakan. Perjumpaan tidak sengaja tersebut sebenarnya sudah merupakan pintu pembuka untuk mengikis prasangka negatif dan kebekuan hubungan antarumat beragama.

Karena itulah dibutuhkan suatu upaya sengaja yang bisa menjembatani perjumpaan keduanya dengan suasana yang kondusif untuk memupuk persaudaraan. Seperti halnya kegiatan musik laiknya ’’Kidung Damai dari Semarang’’ yang bisa dipahami oleh segala strata dan usia.

Simak saja pertemuan antara Emha Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun dengan Pdt Gunarto, KH Nuril Arifin, Pdt Timotius Adidharma, M Tafsir, Romo Budi, dan KH Budi Harjono. Suasana akrab pun terbangun lewat candaan yang dilontarkan Cak Nun kepada beberapa tokoh agama yang hadir. Ya, dalam acara tersebut telah terbangun kolaborasi yang hangat antara Islam dan Kristen.

Membaca Alquran

Kolaborasi yang baik itu juga terlihat saat acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Begitu juga dengan kumandang musik yang dipertontonkan oleh Kiai Kanjeng dengan Vocal Group Sacrifice of Praise. Dalam lagu ’’Syalom’’, mereka menyanyikan tembang tersebut dalam bahasa Arab, Inggris, dan juga Indonesia.

"Kalau dari kami dan Kiai kanjeng pada dasarnya senang dengan kegiatan ini karena bisa tambah saudara, tambah sedulur. Kami tidak mempersoalkan hal-hal yang tidak perlu dipersoalkan dan sudah mempunyai pilihan masing-masing," kata Cak Nun.

Menurut dia, ada wilayah-wilayah yang bisa dipergunakan untuk saling bekerja sama, asalkan pagar akidah atau teologinya saling dijaga. Bagi Cak Nun, makna kerukunan umat beragama sangat besar. Karenanya, dia menghindari semua pekerjaan yang membuat tidak rukun, seperti berpolitik.

Sementara, Romo Budi yang juga Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, menyambut baik acara tersebut.
’’Kegiatan ini bukanlah sekadar acara, melainkan sebuah peristiwa yang intereligius yang sangat dalam, dibungkus dalam media seni dan musik. Ini merupakan satu cara yang bisa mempersatukan, sehingga kita tidak lagi membeda-bedakan antara Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha. Dan diharapkan kegiatan seperti ini tidak berhenti sampai di sini, tapi bisa berkelanjutan,’’ ujar Romo Budi.

(Leonardo Agung B-62)

2 komentar:

keropi mengatakan...

AMDG nyanyi JanjiMU seperti fajar (kolaborasi Rm Budi) sm sing Alleluya clap your hands (ktnya krn ga da rebana jd pknya tangan, ^^).

Anonim mengatakan...

Kalau yang dimaksud Romo Budi tidak membedakan antara Islam, Kresten, Buda, Hindu, Katholik dalam arti hak dalam satu bangsa dan negara itu OK. Tapi kalau dalam ajaran agama adalah No sebab setiap agama yang satu dengan lainnya itu beda tidak mungkin sama. Kalau ada orang berpandangan bahwa agama itu sama berarti orang tersebut tidak waras dan tidak beragama.